Pages

Sejarah kesehatan mental & konsep sehat berdasarkan emosi, intelektual, fisik, sosial, dan spiritual.

Monday, March 30, 2015


Untuk memulai ini semua gw bingung mau darimana, tapi kalo mulai sesuatu yang pasti adalah dari bawah atau dari dasar, oleh sebab itu apa sih yang kalian pahami tentang “kesehatan” itu sendiri??

Menurut buku  yang gw baca, disitu ditulis menurut World Health Organization dalam Winkel (1991) disebutin : Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya(absensi disini mungkin si Winkel maksud adalah keberadaan penyakit dalam diri kita) penyakit atau keadaan lemah tertentu.

Sedangkan menurut Zakiah Dorojad (1982) dikatakan Kesehatan Mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala – gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisasian jiwa dalam hidup.

Jadi, kalo lo lecet/tergores abis jatoh dari sepeda itu berarti lo sakit.*dari aspek fisik
Kalo lo gak jelas atau suka bengong sendiri atau bahkan suka ngomong dan jawab pertanyaan yang lo lontarin sendiri itu tandanya lo sakit. *dari aspek mental

Dan jelas kalo lo gak bisa nyambung sama gw atau temen-temen lo itu berarti lo sakit. *dari aspek sosial.
PECAH BANGET!!! Sekarang gw dan lo tau kapan waktunya bisa dibilang “sakit”, dan gw rasa gw lebih bermasalah dibagian aspek mental. #sambil googling klinik kejiwaan terdekat dr rumah.

Udah tau karena jurusan gw dan matkul ini lebih focus pada kesehatan mental manusia, sekarang gw coba untuk arahkan senter ilmu pengetahuan ini kepada kesehatan mental. Dan semua itu gak akan pernah kita ketahui kalo kita gak buka kitab sejarah.

Jadi begini ceritanya,
Dahulu kala, banyak orang yang berusaha mewujudkan keharmonisan hidup, tapi belom secara sistematis dan masih cara yang sederhana. Ketidakharmonisan itu dianggap sebagai gangguan dari roh-roh jahat yang merasuk kedalam diri seseoarang. Salah satu mereka menyembuhkannya adalah dengan memukuli individu yang sakit dan setelah itu individu tersebut akan sehat kembali. Dengan berjalannya waktu, orang – orang mulai memperbaiki proses penyembuhan sakit mental tersebut lebih secara manusiawi.

Dan berikut adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan Kesehatan Mental :

  • Philippe Pinel (Perancis)
  • William Tuke (Inggris
  • Dorothe Dix (Amerika), tokoh wanita abad 19 yang mengadakan perbaikan kondisi rumah sakit jiwa di Amerika dan juga di Eropa, usahanya banyak dijadikan dasar aktivitas dalam Mental Hygiene.
  • Clifford Whittingham Beers (1876 – 1943), ia pernah sakit mental selama 2 tahun dan menulis buku yang berjudul “A mind that found it self”. Dan menyusun program nasional mengenai Kesehatan Mental.

Dan banyak lagi, semuanya itterus berkembang, sampai banyak berdirinya organisasi yang focus dalam mengatasi gangguan mental. Dari akibat perang dunia 1 dan 2, yang menjadi target penyembuhan dan pada akhirnya memberikan pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan.

Sekarang, didunia sudah ada beberapa organisasi yang menyediakan Mental Hygiene, contohnya adalah UNESCO(the United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), WHO(World Health Organization), dan WFMH(World Federation for Mental Health). Sedangkan diIndonesia sendiri, masalah Kesehatan Mental menjadi salah satu proyek bagi Departemen Kesehatan, contohnya adalah BKKBN.

  Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Dan menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.

    WHO pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.

Konsep Sehat dilihat dari 5 Dimensi

1.      Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang.
2.      Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut.
3.      Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di haruskan dengan kondisi tubuh sehat.
4.      Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik.
5.      Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing.

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
 Kesehatan menurut Freund (1991) “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagian yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat. Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat gangguan keseimbangan mental itu disebabkan oleh gangguan roh jahat.

Kesehatan mental di cetuskan oleh Adolf Meyer (psychiater) berdasarkan saran Beers (mantan penderita sakit mental), membantu perkembangan gerakan usaha kesehatan mental. Dialah yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”. Di amerika pada tahun 1908 terbentuk suatu organisasi “Connectitude Society for Mental Hygiene”. Pada tahun 1909 berdirilah “The National Committee for Mental Hygiene”. Di inggris pada tahun 1842 berdirilah organisasi “The Society for Improving the Condition Association for the Protection of the Insane and the Prevention of Insanity”.

 Akibat perang dunia I dan II banyak terdapat penderita “war neurosis” di kalangan anggota militer, sehingga gerakan Mental Hygiene makin besar usahanya mencari metode yang efisien untuk mencegah gangguan mental serta mengadakan pembaharuan dalam metode penyembuhan. Pada tahun 1930 Mental Hygiene mengadakan kongres pertama di Washington D.C. tahun 1946 Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The National Mental Health Act” untuk memajukan kesehatan mental rakyat Amerika, yang menyelenggarakan program mental hygiene antara lain:
1.  WHO : Organisasi ini memberi informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada anggota UNO. Mengadakan pengawasan terhadap alkoholisme, pencegahan kriminal.
2.      UNESCO : Untuk menstimulir penukaran masalah informasi kebudayaan antar bangsa. Didalamnya terdapat suatu departemen yang mengurusi masalah sosial.
3.   WFMH : Di dirikan pada tahun 1948. Antara the internasional committee for mental hygiene dengan the british association for mental health, merupakan kelompok non govermental health agencies membantu kesehatan di dunia.

     Pasti semua orang ingin memiliki mental yang sehat tanpa terganggu apapun. Karna kesehatan mental dapat mempengaruhi aktivitas kita. Maka dari itu, kesehatan mental mempunyai tujuan yaitu :
a.       Mengusahakan agar manusia memiliki kempuan mental yang sehat.
b.      Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental.
c.  Mengusahakn pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan mental dan penyakit mental.
d.      Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit mental.


DAFTAR PUSTAKA
Dra. Siti Sundari HS. M.Pd, 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta.
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Read more ...
Monday, March 16, 2015



STUDI KASUS AAN HERMANSYAH
Nama : Aan Hermansyah
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 Januari 1993
Sekolah : SMA Angkasa 2
Aan Hermansyah merupakan salah satu siswa yang baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke sekolah ternama di Tuban, yaitu SMA Angkasa 2. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah. Awalnya orang tua Aan tidak memperbolehkannya masuk ke sekolah tersebut karena takut tidak mampu untuk membayar hingga lulus nanti. Namun, Fakhriyandi terus memaksa sehingga orang tuanya mengizinkan.
Setelah beberapa lama berada disekolah itu, ia merasa mendapat deskriminasi dari teman-temannya. Ia diejek karena berasal dari keluarga yang tidak mampu. Bahkan, teman-temannya senang sekali menjahili Aan. Sedikit demi sedikit, Aan mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh dan tetap berprilaku biasa. Namun, lama-kelamaan ia mulai merasa muak dengan keadaan yang ada. Perilaku teman-temannya mulai membuat Aan tidak fokus, dan prestasi belajarnya mulai menurun. Ini membuat Aan selalu stress dan merubah dirinya menjadi siswa yang amat nakal. Di kelas Aan selalu duduk paling belakang, suka membuat gaduh, tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru, bermain-main HP, dan terkadang sampai tertidur. Di rumah pun ia berperilaku yang sama. Dia tidak menghiraukan nasehat orang tuannya yang menyuruhnya belajar. Dia suka keluyuran tidak jelas. Aan menjadi malas belajar, tidak pernah mengerjakan tugas. Suatu saat guru memberikan ulangan mendadak, ia mengerjakan sebisanya dan akhirnya mendapat nilai yang paling bawah. Saat guru tersebut bertanya mengenai materi minggu lalu, ia tidak pernah bisa menjawab. Mengetahui hal itu, Aan tetap tenang dan sama sekali tidak merubah kebiasaannya. Kurangnya ketegasan, bimbingan, motivasi, dan perhatian seorang guru dan orang tua dalam menyikapi anak didiknya yang bermasalah bisa menjadikan siswa menjadi nakal dan kurang bisa menghargai guru saat KBM berlangsung.

PEMECAHAN STUDI KASUS AAN HERMANSYAH
Menurut saya pemecahan studi kasus yang dialami siswa yang bernama Aan Hermansyah ini cocok menggunakan Teori Behavioristik, yaitu sebuah teori yang segala sesuatunya dibiasakan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Jika saya menjadi guru Aan, maka saya akan mendekati dia (memberikan perhatian khusus), tetapi hal itu tidak diperlihatkan kepada siswa yang lain. Menegur siswa-siswa yang suka mengejek, dan suka mengucilkan. Memberikan bimbingan melalui diskusi-diskusi kecil di dalam kelas (diskuzi zigsaw), mencoba untuk mengungkapkan pendapat satu sama lain, menukar informasi dengan anggota kelompoknya. Selain itu, diawal dan akhir pertemuan selalu diadakan pengulangan materi yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada masing-masing siswa, sehingga materi yang disampaikan pada saat itu maupun minggu lalu benar-benar bisa diterima dan tidak hanya pada shot term memory, tetapi juga sampai pada long term memory. Jika siswa tidak bisa menjawab, maka akan ada hukuman berupa berdiri di depan kelas, menyanyi, bahkan diberikan tugas khusus. Bersedia atau tidak, peserta didik akan belajar agar tidak mendapat hukuman. Tanpa disuruh belajarpun, mereka akan tetap belajar karena takut dihukum. Inilah teori behavioristik bahwa segala sesuatu harus dipaksakan. Pihak keluarga khususnya orang tua lebih memperhatikan anaknya, seorang anak dipaksakan untuk belajar. Jika tidak bersedia, maka uang jajan akan dikurangi. Dengan demikian, adanya paksaan-paksaan akan menjadikan suatu kebiasaan pada diri siswa.

Read more ...

Sifat-Sifat Relasi

Monday, May 12, 2014
Sifat-Sifat Relasi
1. Refleksif (Reflexive)
Definisi :
Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a,a) Î R untuk setiap a Î A
Definisi di atas menyatakan bahwa di dalam relasi refleksif setiap elemen di dalam A berhubungan dengan dirinya sendiri. Juga menyatakan bahwa relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada a Î A tetapi tidak terdapat (a,a).
Contoh 1:
Misalkan A = {1, 2, 3, 4} dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka :
a.    Relasi R = { (1,1), (1,3), (2,1), (2,2), (3,3), (4,2), (4,3), (4,4) } bersifat refleksif karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a,a) yaitu (1,1), (2,2), (3,3), dan (4,4)
b.    Relasi R = {(1,1), (2,2), (2,3), (4,2), (4,3), (4,4)} tidak bersifat refleksif karena tidak terdapat (3,3).
Contoh 2:
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat refleksif karena setiap bilangan bulat posifit selalu habis membagi dirinya sendiri, sehingga (a,a) Î R untuk setiap a Î A.
Contoh 3:
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif
R : x lebih besar dari y
S : x + y = 5
T : 3x + y = 10
Mana diantara ketiga relasi tersebut yang bersifat refleksif ?

2. Setangkup (Symmetric) dan Tolak-Setangkup (Antisymmetric)
Definisi Setangkup (Symmetric) :
Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika (a,b) Î R, maka (b,a) Î R , untuk a,b Î A
Definisi di atas menyatakan bahwa relasi R pada himpunan A tidak setangkup jika (a,b) Î R sedemikian sehingga (b,a) Ï R.
Contoh:
Misalkan A adalah himpunan mahasiswa Teknik Informatika STIKOM Poltek Cirebon dan R adalah relasi pada A sedemikian sehingga (a,b) Î R jika dan hanya jika a satu jurusan dengan b.
Maka jika dibalik, b pun se-jurusan dengan a. Jadi bisa dikatakan bahwa R setangkup.
Contoh lain:
Misalkan T adalah relasi pada himpunan bilangan bulat positif  sedemikian sehingga (a,b) Î T jika dan hanya jika a ³ b.
Jelas dong...T tidak setangkup, karena misalnya (6,5) Î T tetapi (5,6) Ï T.
Definisi Tolak-Setangkup (antisymmetric) :
Relasi R pada himpunan A disebut tolak-setangkup jika (a,b) Î R dan (b,a) Î R maka a = b, untuk semua a,b Î A.
Definisi di atas menyatakan bahwa jika (a,b) Î R, maka (b,a) Ï R kecuali a = b. Juga menyatakan bahwa relasi R pada himpunan A tidak tolak-setangkup jika ada elemen berbeda a dan b  sedemikian  sehingga (a,b) Î R dan (b,a) Î R.
Contoh:
Misalkan A adalah himpunan tes seleksi yang diadakan untuk masuk bekerja ke sebuah perusahaan (misalnya tes membaca cepat, tes menulis cepat, tes berjalan cepat, dsb).
Terus.....misalkan R adalah relasi pada A sedemikian sehingga (a,b) Î R jika tes a dilakukan sebelum tes b.
Jadi jelas dong....jika tes a dilakukan sebelum tes b, tes b tidak mungkin dilakukan sebelum tes a untuk dua tes a dan b yang berbeda.
Dengan kata lain, (b,a) Ï R kecuali a = b. Jadi R adalah relasi tolak-setangkup.
Contoh lagi :
Misalkan A = {1,2,3,4} dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka :
-       Relasi R = {(1,1), (1,2), (2,1), (2,2), (2,4), (4,2), (4,4)} bersifat setangkup karena jika (a,b) Î R maka (b,a) juga Î R.
Disini  (1,2) dan (2,1) Î R,  begitu  juga  (2,4)  dan  (4,2) Î R.
-       Relasi R = {(1,1), (2,3), (2,4), (4,2)} tidak setangkup karena (2,3) Î R tetapi (3,2) Ï R
-       Relasi R = {(1,1), (2,2), (3,3)} tolak-setangkup karena (1,1) Î R dan 1 = 1, (2,2) Î R dan 2 = 2, (3,3) Î R dan 3 = 3.
Betul ngga yach....bahwa R juga setangkup ??
-       Relasi R = {(1,1), (1,2), (2,2), (2,3)} tolak-setangkup karena (1,1) Î R dan 1 = 1, serta (2,2) Î R dan 2 = 2.
Betul ngga yach....bahwa R tidak setangkup ??
-       Relasi R = {(1,1), (2,4), (3,3), (4,2)} tidak tolak-setangkup karena 2 ≠ 4 tetapi (2,4) dan (4,2) anggota R.
-        Relasi R = {(1,2), (2,3), (1,3)} tidak setangkup tetapi tolak-setangkup.
 
Contoh berikutnya :
1. Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif dikatakan tidak setangkup karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b.
Misalnya, 2 habis membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena itu (2,4) Î R tetapi (4,2) Ï R.
2. Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif dikatakan tolak-setangkup karena jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b.
Misalnya, 4 habis membagi 4 maka oleh karena itu (4,4) Î R dan 4 = 4.
Contoh lagi ??
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilanga bulat positif.
        R : x lebih besar dari y
        S : x + y = 6
        T : 3x + y = 10
R bukan relasi setangkup karena, misalnya 5 lebih besar dari 3, tetapi 3 tidak lebih besar dari 5.
S relasi setangkup karena, misalnya (4,2) dan (2,4) adalah anggota S.
T tidak setangkup karena, misalnya (3,1) adalah anggota T tetapi (1,3) bukan anggota T.
S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalnya (4,2) dan (4,2) Î S tetapi 4 ≠ 2.
R dan T keduanya tolak-setangkup.....sok buktikan !!!
3. Menghantar (transitive)
Definisi:
Relasi  R  pada  himpunan  A disebut menghantar jika (a,b) Î R  dan (b,c) Î R, maka (a,c) Î R untuk semua a,b,c Î A
Ilustrasinya:
Misalkan A adalah himpunan orang, dan R adalah relasi pada A sedemikian sehingga (a,b) Î R jika dan hanya jika b adalah keturunan a.
Jika b adalah keturunan a, yaitu (a,b) Î R,  dan c adalah keturunan  b,  yaitu  (b,c) Î R  maka c juga keturunan a, yaitu (a,c) Î R.
Jadi, R adalah relasi menghantar. Tetapi, jika T adalah relasi pada A sedemikian sehingga (a,b) Î T jika a adalah ibu dari b, maka T tidak menghantar.
Contoh 1:
Misalkan A = {1,2,3,4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A, maka :
(a) R = {(2,1), (3,1), (3,2), (4,1), (4,2), (4,3)} bersifat menghantar. Perhatikan tabel berikut :
Pasangan berbentuk
(a,b)
(b,c)
(a,c)
(3,2)
(2,1)
(3,1)
(4,2)
(2,1)
(4,1)
(4,3)
(3,1)
(4,1)
(4,3)
(3,2)
(4,2)
(b) R = {(1,1), (2,3), (2,4), (4,2)} tidak menghantar karena (2,4) dan (4,2) Î R, tetapi (2,2) Ï R, begitu juga (4,2) dan (2,3) Î R, tetapi (4,3) Ï R.
(c)    R = {(1,1), (2,2), (3,3), (4,4)} jelas menghantar.....mangga buktikan !!!
Contoh 2:
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat menghantar. Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c. Maka terdapat bilangan positif m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c = nb.
Disini c = nma, sehingga a habis membagi c. Jadi, relasi “habis membagi” bersifat menghantar.
Contoh 3:
Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat positif
        R : x lebih besar dari y
        S : x + y = 6
        T : 3x + y = 10
R adalah relasi menghantar karena jika x > y dan y > z maka x > z.
S tidak menghantar karena, misalkan (4,2) dan (2,4) adalah anggota S tetapi (4,4) Ï S.
T tidak menghantar karena, misalkan T = {(1,7), (2,4), (3,1)}
Read more ...